Zakat
fitrah disyariatkan pada tahun kedua Hijriah bulan Syakban. Sejak saat itu
zakat fitrah menjadi pengeluaran wajib yang dilakukan setiap muslim yang
mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya
Idul Fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah menyelesaikan ibadah
puasa. Selain untuk membahagiakan hati fakir miskin pada hari raya Idul Fitri,
juga dimaksudkan untuk membersihkan dosa-dosa kecil yang mungkin ada ketika
seseorang melaksanakan puasa Ramadan, supaya orang tersebut benar-benar kembali
pada keadaan fitrah dan suci seperti ketika dilahirkan dari rahim ibunya.
Para ulama bersepakat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap individu berdasarkan hadis Ibnu Umar ra yang berkata, “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan” (HR. Bukhari Muslim).
Para ulama bersepakat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap individu berdasarkan hadis Ibnu Umar ra yang berkata, “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan” (HR. Bukhari Muslim).
Seorang
istri mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya atau oleh suaminya. Bayi
yang masih dalam kandungan belum terkena wajib zakat fitrah. Tetapi kalau ada
seorang bayi lahir sebelum matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadan,
maka zakat fitrahnya wajib ditunaikan. Demikian juga kalau ada orang tua
meninggal dunia setelah matahari terbenam pada hari terakhir di bulan Ramadan,
zakat fitrahnya wajib pula dibayarkan.
B.
Kadar Zakat Fitrah
Imam
Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan para ulama lain sepakat bahwa zakat fitrah
ditunaikan sebesar satu sha’ (di Indonesia, berat satu sha’ dibakukan menjadi
2,5 kg) kurma, gandum, atau makanan lain yang menjadi makanan pokok negeri yang
bersangkutan.
Imam
Hanafi membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang senilai bahan makanan
pokok yang wajib dibayarkan. Namun, ukuran satu sha’ menurut mazhab Hanafiyyah
lebih tinggi daripada pendapat para ulama yang lain, yakni 3,8 kg.
Menyikapi
perbedaan pendapat tentang kadar zakat fitrah, ada pandangan yang berusaha
mengombinasikan seluruh pendapat. Jadi, sekiranya bermaksud membayar zakat
fitrah dengan beras, sebaiknya mengikuti pendapat yang mengatakan 2,5 kg beras.
Tetapi seandainya bermaksud membayar zakat fitrah dengan menggunakan uang,
gunakanlah patokan 3,8 kg beras. Langkah seperti ini diambil demi kehati-hatian
dalam menjalankan ibadah.
C. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah
Waktu
wajib membayar zakat fitrah pada asalnya adalah sewaktu matahari terbenam pada
malam hari raya Idul Fitri. Tetapi tidak ada larangan apabila membayarnya
sebelum waktu tersebut, asalkan masih dalam hitungan bulan Ramadan.
Sumber : www.zakat.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar